Keberagaman dan keseragaman kebudayaan di Nusantara merupakan akar budaya bangsa yang hendak dikembangkan di Indonesia. Di antara kebudayaan Indonesia yang sangat luas persebarananya di kepulauan Nusantara dan dianggap relatif tua adalah kebudayaan Melayu. Sisa-sisa pengaruhnya masih terasa di antara pulau-pulau Madagaskar di sebelah barat maupun Pulau Fas di senbelah timur, dan dari Formosa di utara, serta Selandia Baru di selatan. Mengingat luasnya persebaran wilayah kebudayaan Melayu, dalam perkembangannya kebudayaan Melayu tersebut mengalami pertumbuhan lokal sebagaimana tercermin dalam ranah-ranah kebahasaan, kesusastraan, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, dan kesenian.
Perkembangan berbagai ranah kebudayaan itu menimbulkan berbagai variasi budaya pada masing-masing wilayah di Nusantara. Terutama di Indonesia, pada suatu periode sejarah tumbuh suatu sistem politik yang dapat mempersatukan sebagian besar Nusantara dalam satu kesatuan nasional, yaitu masa Sriwijaya dan Majapahit (abad 7-16 M), dan dalam ratusan tahun tumbuh kedaulatan di bawah pengaruh agama Islam yang berawal dari Bintan, Malaka, Aceh, Mataram, Banten, Jambi, Johor, Riau, Lingga, Siak, dan seterusnya.
Campur tangan bangsa asing di Nusantara (abad 16-1945) menimbulkan berbagai perkembangan sistem politik yang akhirnya memecahbelahkan kesatuan dan persatuan Nusantara selama lebih kurang 350 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai kesatuan politik di Nusantara menyebabkan terbentuknya berbagai kerajaan dan kesultanan yang mempengaruhi kepada pertumbuhan dari setiap wilayah menurut sistem kekuasaan dan kondisi lingkungan sosial ekonomi yang ada. Baru kemudian di Indonesia kekuasaan berkembang menjadi suatu Negara nasional dengan kepribadian dan kebudayaan nasional.
Sebagai suatu Negara, Indonesia menyatakan, kebudayaan bangsa Indonesia ialah kebudayaan yang timbul sebagai usaha budi daya rakyat Indonesia seluruhnhya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Akan tetapi, intervensi budaya asing, sangat mewarnai kebudayaan Indonesia, sehingga pada ranah-ranah tertentu, budaya Indonesia kehilangan identitas. Padahal, pada situasi global sangat diperlukan jati diri, sebagai kepribadian suatu bangsa.
Usaha kebudayaan di Indonesia harus berupaya mempertahankan jati diri keindonesiaan, menuju ke arah kemajuan adat, budaya, dan persatuan. Di sini memang tidak dapat menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat mengembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia. Budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh warga bangsa.
Dalam rangka pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional telah dilakukan bebagai program pembangunan kebudayaan melalui berbagai proyek, antara lain, Proyek Pengkajian Kebudayaan Nusantara yang dilaksanakan Yavanologi, Baliologi, dan Sundanologi. Dan berbagai kemajuan yang telah dicapai dalam pembangunan kebudayaan itu telah menggugah perhatian dan semangat masyarakat pendukungnya.
Akan tetapi, dalam hal kebudayaan Melayu, belum banyak dilakukan kegiatan-kegiatan pengkajian. Meskipun di beberapa daerah Melayu sudah dirintis pusat-pusat informasi kebudayan dan pusat-pusat penelitian budaya Melayu, tetapi lembaga-lembaga tersebut belum mendapat tempat yang proporsional di kalangan masyarakat pendukung budaya tersebut. Kebudayaan Melayu dalam peristiwa-peristiwa budayanya cenderung bersiafat penampilan seremonial dan artifisial. Tidak banyak dilakukan penelitian dan pengkajian secara ilmiah terhadap misteri-misteri dan nilai-nilai yang dimilikinya.
Begitu pula terhadap kebudayaan Melayu Jambi. Jambi sebagai salah satu pusat kebudayaan Melayu, memiliki kantong-kantong budaya pada setiap kabupaten. Masimg-masing daerah kabupaten itu memiliki khazanah budaya yang khas. Kebudayaan Melasyu Jambi, sebagai bentuk dan makna budaya Melayu Jambi belum terpajankan secara lengkap dan baik, sehingga identitas Melayu Jambi dan budaya Melayu sebagai sumber perilaku yang bernilai masih kabur, tidak hanya bagi masyarakat pendatang yang ingin memahami kebudayaan Melayu Jambi, tetapi juga bagi masyarakat pendukungnya, terutama para generasi mudanya
.
Kondisi tersebut menuntut segera dilakukan penelitian-penelitian, pengkajian, dan pendedahan. baik hal ihwal terminologi budaya Melayu Jambi, sejarah kebudayaan Melayu dan Melayu Jambi, adat-istiadat dan kepercayaan Melayu Jambi, bahasa dan sastra Melayu Jambi, kesenian Melayu Jambi dalam berbagai jenisnya, seperti musik, vokal, tari, rupa, teater, dan lain-lain, maupun orientasi, perubahan dan perkembangan nilai-nilai masyarakat Melayu Jambi.
Di sinilah posisi dan proporsi perguruan tinggi di Jambi, pemerintah daerah dengan dinas-dinasnya (pendidikan, kebudayaan dan pariwisatanya), lembaga adat Melayu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan pranata yang berkompeten lainnya harus dituntut perhatian khususnya. Kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai budaya Melayu harus terus-menerus dipupuk. Pertemuan-pertemuan kebudayaan Melayu harus dijadikan sebagai sebuah keniscayaan. Peristiwa-peristiwa budaya Melayu seyogyanya diapresisasi sebagai perilaku khas yang diunggulkan. Kecuali kalau kita ingin melihat generasi muda kita kebingungan di tengah derasnya arus budaya asing.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung, salam...