Selasa, 10 Juli 2012

Upacara Basale Suku Anak Dalam

Suku Anak Dalam (SAD) atau Orang Rimba adalah salah satu suku bangsa minoritas yang hidup di Pulau Sumatra, tepatnya di Provinsi Jambi dan Sumatra Selatan. Mereka mayoritas hidup di Provinsi Jambi, dengan perkiraan jumlah populasi sekitar 200.000 orang. 

Keberadaan Suku Anak Dalam semakin semakin lama semakin terancam kehidupannya. Hidup berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain sudah menjadi sebuah tradisi. Mereka  mengantungkan sepenuh hidupnya pada hutan, sementara hutan semakin lama semakin berkurang karena beralih fungsi menjadi hutan produksi. Kondisi seperti ini membuat mereka mulai turun ke kampung-kampung dan pusat kota.

Suku Anak Dalam mempunyai beragam tradisi. Salah satunya adalah upacara Basale. Upacara Basale diadakan agar para dewa, roh, serta mahluk halus (Jemalang) tidak mengganggu manusia. Upacara ini merupakan kegiatan pengobatan tradisional yang bertujuan untuk membersihkan atau mengusir roh jahat yang dianggap sebagai sumber penyakit dari jiwa si sakit.

Redab adalah salah satu alat musik yang digunakan dalam upacara, dimana masyarakat Suku Anak Dalam (Kubu) berpandangan jika alat ini dimainkan bersamaan dengan pembacaan mantra (sale) maka dapat menghilangkan pengaruh jahat dari arwah-arwah yang bermaksud mengganggu masyarakat.

Oleh karena itu mereka percaya bahwa Redab bukan hanya alat musik, tetapi juga alat komunikasi agar para dewa menerima do’a yang dibacakan oleh dukun (Malim), sehingga membantu proses penyembuhan yang sedang berlangsung. Hal tersebut menyiratkan bahwa peran instrumen redab sangatlah penting, bahkan menjadi salah satu syarat dalam upacara Besale.

Suku Anak Dalam meyakini bahwa penyakit yang diderita oleh sisakit merupakan kemurkaan dari dewa atau roh jahat oleh sebab itu perlu memohon ampunan agar penyakit yang diderita dapat disembuhkan. Cara yang dilakukan untuk memohon kesembuhan tersebut adalah dengan melakukan upaara Besale. Persiapan yang digunakan dalam upacara Besale sangat sarat dengan simbol-simbol.

Fachruddin (2005, hal.7) menjelaskan bahwa upacara Besale memiliki nyayian mantera (sale) sebanyak 33 buah yang terdiri dari 30 sale wajib dan 3 sale penutup. Sale tidak diperkenankan diucapkan kecuali pada saat upacara berlangsung.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, penulis memperoleh data dokumentasi persiapan upacara Besale Suku Anak Dalam, di sini akan dijelaskan peralatan-peralatan serta kegunaannya dalam upacara Besale tersebut. 

Ada pun data berikut ini telah diikutsertakan penulis bersama tim dalam lomba penulisan Artikel Ilmiah Tingkat Nasional oleh DIKTI dan lolos dalam jurnal ilmiah Tingkat Nasional 2010.
1. Balai-Balai
Balai adalah rumah yang diyakini oleh SAD sebagai tempat bersemayamnya roh nenek moyang. Balai merupakan hal mutlak yang tidak bisa ditinggalkan dalam upacara Besale. Balai yang digunakan dalam upacara Besale banyak macamnya.

Adapun Balai yang digunakan dalam kegiatan Besale yang diobservasi oleh penulis terdiri dari dua macam. Balai ini terbuat dari kayu pohon asam payau yang dipaku dengan bambu untuk merekatkan satu sama lain dalam proses pembuatan balai. Balai di fungsikan sesuai namanya :
1. Balai pengasuh, digunakan untuk mengobati anak (budak), agar memiliki keseimbangan dalam menyayangi ayah atau ibu.
2. Balai angkat semang, digunakan untuk tempat bersemayamnya arwah nenek moyang, sewaktu upacara Besale berlangsung.
Balai yang telah siap akan di ikat dengan kulit kayu, dan kemudian di gantung dengan menggunakan kulit kayu di dalam rumah untuk dihias. Adapun penghias balai terdiri atas: Hiasan Jari lipan, terbuat dari daun kelapa yang berwarna hijau muda. Jari lipan ini dibuat dengan bentuk menyerupai jari lipan. Hiasan ini digunakan untuk menghiasi di sekeliling Balai
1) Daun selasih. Daun selasih ditancapkan pada atap Balai.
2) Bunga tangkul, yakni bunga berwarna merah dan kuning yang di gunakan untuk penghias balai pada bagian atap.
3) Payung – payung terbuat dari janur muda berwarna kuning untuk menghias balai. Jumlahnya cukup dua saja.
4) Bertih, adalah padi yang telah berumur 2 tahun, yang di masak dengan cara di sangrai kemudian digunakan untuk penghias balai.
5) Lilin Madu hutan, yakni terbuat dari madu hutan. Lilin madu digunakan untuk penerang sebagai lambing cahaya kehidupan. Lilin madu yang sudah dingin menjadi keras akan diiris kecil – kecil dan kemudian dipanaskan untuk dibuat lilin berbentuk silinder panjang.
6) Arang ayun, yakni alat yang berbunyi bergemerincing berbentuk bulat dengan warna hitam. Arang ayun terbuat dari tembaga. Ada dua jenis arang ayun, yaitu Arang Ayun yang berjumlah lima buah diletakkan di balai pengasuh, sedangkan yang berjumlah delapan buah di bawa menari oleh Sidi. Arang ayun berfungsi untuk merangsang semangat budak (anak kecil yang sakit).
7) Kain putih yang dililitkan pada balai angkat sembah.
8) Sumping tampung, berbentuk seperti baling-baling yang terbuat dari janur kelapa, dan di hiasi dengan bertih pada bagian ujungnya.

2. Redap (Gendang Melayu)
Redap adalah alat musik pukul, yang di mainkan dengan cara di tabuh pada saat pelaksanaan dalam upacara Besale. Redap ditabuh oleh Malim Pembantu atau biduan yang berjumlah ganjil. Redap terbuat dari bahan kulit hewan kambing. Alat ini digunakan untuk mengiringi tarian dan mantra dukun sale (Sidi) dalam upacara Besale. Suara redap diyakini mereka akan memanggil roh – roh leluhur.

3. Peralatan yang di bawa oleh Sidi dalam Upacara Besale
Dalam melaksanakan upacara Besale, Sidi menari mengelilingi balai-balai memakai sirih sembah di atas kepalanya dengan membawa peralatan-peralatan Besale sebanyak tiga kali keliling. Satu peralatan di gunakan untuk satu kali keliling. Peralatan-peralatan tersebut, yaitu:
1. Burung Padang, berbentuk cincin yang tersusun dari daun batang keduduk.
2. Burung Barau-barau, dibuat dari rumput yang di hiasi oleh bertih pada ujung-ujungnya.
3. Burung Ondan, terbuat dari janur berbentuk memanjang.
4. Burung Elang, terbuat dari janur, yang di anyam menyerupai tikar.
5. Burung Layang-layang, terbuat dari bahan rumbai atau bisa juga di gunakan daun kelapa yang masih muda. Burung ani terdiri atas 7 ekor, 5 ekor burung layang-layang biasa, dan 1 ekor burung Duo Senyawo.
6. Tudung putih sidi. Tudung ini diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Tudung ini dipakai oleh sidi dan tidak boleh dicuci.
7. Bunga pinang muda hijau. Bunga pinang ini berfungsi untuk memukul – mukul badan sang sidi guna mengusir roh jahat yang masuk kedalam jasad sidi pada saat upacara Besale berlangsung.
Semua jenis burung ini di isi dengan beras yang diyakini oleh mereka agar burung tersebut berada dalam keadaan kenyang pada saat upacara Besale berlangsung.

4. Makanan yang dipersiapkan pada Upacara Adat Besale
Dalam upacara Besale, seorang Inang mempunyai tugas untuk memasak makanan yang diperlukan untuk perlengkapan upacara Besale. Inang dipilih secara khusus oleh Sidi. Adapun  makanan yang dipersiapkan oleh inang tersebut antara lain:
1.  Caco, yaitu makanan yang diletakkan dalam takir berupa telur ayam kampung rebus, sahang, bawang merah dalam satu wadah takir.
2.  Juwadah, bubur putih yang terbuat dari tepung beras, yang di tambah santan kelapa.
3.  Bubur merah, yang terbuat dari gula merah dan tepung beras
4.  Serabi, terbuat dari tepung beras, tetapi memiliki rasa yang berbeda dari jiyadah
5.  Tepung gandum yang belum di adon (mentah)
Semua jenis makanan ini diletakkan di balai angkat sembah dan balai pengasuh. Ia di buat sesuai bahan yang disediakan. Sementara itu sebagian diletakkan di sebuah tempat makanan berbentuk persegi empat yang di namakan Terka Serobo.
Adapun isi dari Terka Serobo ini antara lain sebagai berikut:
1.  Minyak sudah sehari
2.  Ketumbar
3.  Daun Sirih dan Pinang
4.  Beras  bertih Jawo
5.  Rokok
6.  Daun Pandan
7.  Serabi
8.  Bunga Kertas
Semua isi ini diletakkan di dalam takir yang terbuat dari daun pisang. Tujuan pembuatan makanan ini adalah untuk memberi makan roh – roh syetan yang diyakini mereka akan memberi kesembuhan. Walau pada saat yang sama mereka pun yakin bahwa mereka meminta kepada Tuhan. Makanan ini hanya boleh dimakan setelah pelaksanaan upacara Besale selesai. Inti dari peralatan Besale adalah dari ujung rambut sampai ujung kaki, rohnya ada pada diri orang dan wujudnya ada di benda-benda tersebut.

5.  Alat yang Digunakan untuk si Sakit
Pada upacara Besale ini, si sakit yaitu seorang anak (budak), di letakkan di dalam ayunan yang di dalamnya terdapat saludang pinang (pinang yang masih muda).

Adapun alat yang digunakan untuk si sakit adalah sebagai berikut:
1. Jeruk nipis, jeruk ini digunakan untuk mencuci rambut anak yang sakit, guna membuang semua penyakit yang ada pada anak.
2.  Bambu muda, yang berfungsi untuk mengalirkan air untuk mencuci rambut si anak.
3.  Ayunan anak, dibuat dari kain selendang atau sarung yang berfungsi untuk duduk anak yang sakit.
Kepercayaan Suku Anak Dalam terhadap Dewa-dewa roh halus yang menguasai hidup tetap terpatri, kendati pun diantara mereka telah mengenal agama Islam. Mereka yakin bahwa setiap apa yang diperolehnya, baik dalam bentuk kebaikan, keburukan, keberhasilan maupun dalam bentuk musibah dan kegagalan bersumber dari para dewa. Sebagai wujud penghargaan dan persembahannya kepada para dewa dan roh, mereka melaksanakan upacara ritual sesuai dengan keperluan dan keinginan yang diharapkan. Salah satu bentuk upacara ritual yang sering dilaksanakan adalah upacara Besale ini (upacara pengobatan).

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung, salam...

    Kategori

    Tentang ATL

    Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Jambi merupakan wadah sekumpulan orang-orang yang prihatin terhadap tradisi yang semakin lama semakin berkurang para penuturnya. Sekarang kami bermarkas di Kantor Bahasa Provinsi Jambi. Silakan kontak kami di email atl_jambi@yahoo.com

    Pengelola

    Pemerhati