Minggu, 04 Januari 2009

Betale dan Syair Mikraj


Betale dan Syair Mikraj
(Bahasa santun Uhang Kincay)

Oleh: Nukman, S.S.

Kehidupan berbangsa dan bernegara banyak ditentukan oleh kualitas anggota masyarakatnya. Salah satu penanda kualitas adalah kemampuannya dalam berbahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Kualitas berbahasa seseorang dapat juga dinilai dari tutur kata yang diucapkannya. Bahasa yang benar tidak saja karena konstruksi tata bahasanya benar, tetapi juga karena disampaikan dengan cara yang tepat sesuai dengan situasi, kondisi, dan sasaran pembicaranya.

Bila bahasa menentukan bangsa, berati bahasa seseorang akan menentukan kualitas “bangsa”, kualitas budayanya.
Pemerolehan bahasa yang santun ini tidak dengan serta merta dapat dilakukan dan didapatkan oleh seseorang. Kebiasaan dari sejak dini dan lingkungan sosial masyarakat akan banyak menentukan pola berbahasa seseorang.Dalam konteks budaya Indonesia, salah satu sumber berbahasa dengan santun dapat diambil dari pantun. Karena sifat kesantunannya, pantun hampir tidak pernah melukai hati orang meskipun pantun yang dimaksudkannya tersebut dimaksudkan sebagai kritikan.
Pantun telah sangat lama dikenal sebagai bagian dari tradisi masyarakat budaya Indonesia, meskipun memang kini tidak banyak yang menggunakannya. Pantun dapat digunakan dalam berbagai kesempatan, baik ritual maupun dalam kehidupan keseharian kelompok masyarakat. Kalangan yang memakainya pun beragam, tua muda dan bahkan anak-anak memakainya dalam permainan tradisional atau dalam lagu-lagu permainan anak. Banyak hal dapat disampaikan dalam pantun: nasehat, petuah, sindiran, kritikan, berbagai ajaran termasuk ajaran agama, pesan, ungkapan kasih sayang antaranggota keluarga atau antarkekasih, harapan, etos kerja, pendidikan, dan berbagai ekspresi lainnya. Karena itu, pantun dapat dibagi atas berbagai jenis, seperti pantun nasehat, pantun remaja, pantun muda-mudi, pantun anak-anak, dan juga berbalas pantun, yaitu pantun yang dibawakan secara berpasangan. Pantun pada umumnya terdiri dari 4 baris: 2 baris pertama merupakan sampiran, yaitu bait-bait yang menyampaikan arahan untuk dijawab pada 2 baris berikutnya yang merupakan isi pantun tersebut. Akan tetapi, dalam perkembangannya dan juga dalam berbagai jenis pantun yang dapat dijumpai di Nusantara ini, tidak semua pantun harus memakai kriteria seperti yang disebutkan di atas.

Betale dan Syair Mikraj

Betale dan Syair Mikraj merupakan dua sastra lisan Kerinci yang menggunakan medium bahasa yang berbeda. Syair Mikraj dituturkan dengan menggunakan bahasa Indonesia, sementara betale menggunakan bahasa Kerinci. Dengan dua bentuk bahasa itulah, maka dapat disimpulkan bahwa tidak semua sastra lisan di Provinsi Jambi menggunakan Bahasa Melayu Jambi.
Betale dan Syair Mikraj merupakan sastra lisan yang terdapat di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Betale dan Syair Mikraj pada awalnya dituturkan, namun dalam perkembangannya telah ada yang dituliskan. Walaupun dituliskan, naskah betale dan syair mikraj tersebut belum bisa mewakili keseluruhan pernyataan sastra lisan tersebut. Misalnya gerak dan irama yang dilakukan penutur.
Kabupaten Kerinci merupakan salah satu daerah yang terletak dibagian Barat Provinsi Jambi, daerah ini selain dikenal dengan kekayaan objek wisatanya. Juga memiliki koleksi naskah kuno terbesar dibandingkankan dengan kabupaten lain yang di Provinsi Jambi. Koleksi naskah kuno tersebut merupakan milik masyarakat yang hak pewarisannya telah diatur dalam sistem adat mereka. Akibatnya, tidak semua naskah kuno Kerinci itu bisa diperlihatkan baik ke filolog maupun ke masyarakat biasa. Biasanya naskah kuno Kerinci ini banyak diturunkan pada pelaksaanaan kenduri seko, yang pelaksananaanya menyesuaikan dengan ada tidaknya penukaran gelar pemuka adat.
Berbeda halnya dengan naskah kuno(sastra tulis), pengambilan data sastra lisan Kerinci justeru lebih mudah. Karena peneliti hanya diharuskan untuk membayar biaya pertunjukkan, tidak ada aturan yang mengharuskan pertunjukkan untuk dilakukan pada saat kenduri seko ataupun acara adat lainnya.
Sastar lisan merupakan cerminan kreativitas mental masyarakat, kreativitas yang tetap menjaga dan mengedepankan unsur kemurniannya. Sastra lisan Betale dan Syair Mikraj memiliki fungsi yang berbeda. Betale merupakan refleksi rasa syukur, hubungan manusia dengan manusia, dan manusia dengan Tuhannya. Sementara Syair Mikraj lebih mengedepankan bentuk kekuasaan Ilahi Rabbi di samping hubungan manusia dengan Tuhannya.
Dua sastra lisan tersebut, hanya dituturkan pada bulan tertentu saja. Syair Mikraj dituturkan pada bulan Rajab, pada saat perayaan Israk Mikraj Nabi Muhammad SAW. Syair mikraj ini terdiri dari 259 bait, 5 bait bagian pembuka, 4 bait penutup, dan 250 bait yang berisikan kisah perjalanan Rasullullah saat menjemput shalat lima waktu.

Berikut beberapa bait Syair Mikraj :
1. Bagian pembuka syair
Dengan bismillah saya mulai
Mengarang syair mikraj nabi
Nabi Muhammad Rasul Illahi
Israk dan mikraj dimalam hari

Alhamdulillah kata kedua
Memuji Allah tuhan semesta
Syalawat dan salam pada rasulnya
Sahabat setia serta keluarga

Sesudah memuji pada illahi
Di atas kertas pena menari
Mohon kehadirat rabbulizzati
Semoga karangan Allah berkati

Mengigatkan ayat quran suci
Siapa membesarkan syariat Islami
Iman dan taqwa kokoh dihati
Begitu pula israk dan mikraj nabi

Mukaddimah tidak dipanjangkan lagi
Cukup disini sekedar bayangan
Saudara membaca harap betulkan
Khilaf dan sesat kalau kejadian

2. Kutipan bagian isi syair
Petang ahad dimalam isnin
27 rajab udara pun dingin
Datang perintah rabbul alamin
Mikraj ke langit Muhammad amin

Petang ahad dimalam hari
Datang perintah dari illahi
Menyuruh jibrail turun ke bumi
Menjeput Muhammad rasul yang ummi

Mikail Israfil keduanya serta
Membawa buraq kuda disyurga
Muhammad dituju pada tempatnya
Beliau tidur sedang nyenyaknya

Dihijir Ismail terbaring diri
Hamzah dikanan Jakfar dikiri
Ketelaga zam-zam didukungnya nabi
Serta menyampaikan perintah illahi


Dimalam itu perintah Tuhan
Tuan ke langit akan dinaikkan
Sebelum itu dada dibersihkan
Mari kemari saya kerjakan 4

Jibrail bekerja dengan segera
Membelah dada nabi yang mulia
Dari cekuk leher sampai ke bawahnya
Dibersihkan semua di dalam dada

Disuruh mikail pergi ke telaga
Mengambil zam-zam satu dua timba
Pencuci hati nabi yang mulia
Supaya hidupnya berlapang dada

Diambil lagi timba yang lain
Berisi hikmah imam dan yakin
Halim pengasih sempurna mukmin
Dibawanya dari Jannatun Nain

Ditutupkan dada dengan segera
Surutlah dada sebagai bermula
Luka tidak bekas tiada
Nabi pun duduk dengan senangnya

Kemudian jibrail bekerja lagi
Mencap antara belikat nabi
Hatamunnabi penyudahan nabi
Hingga kiamat tiada lagi

Jibril memanggilkan buraq itu
Wahai mikail lekaslah bantu
Lalai dan lengah tiada padamu
Kodrat iradat pasti berlaku

Diambilnya buraq yang telah sedia
Cukup berkekang serta pelana
Tijak-tijak emas di syurga
Jibrail memegang tali kekangnya
Buraqpun liar merupakan diri
Seolah tak ridho dikendarai
Jibrail berkata dengan cemeti
Wahai buraq Alatastami

3. Bagian penutup
Wahai saudara tolong ikhwani
Syair Mikraj habis disini
Simpan masuk dalam hati
Pedoman hidup di dunia ini

Masukkan benar ke dalam dada
Segala ajaran mana yang ada
Larang menentangnya jauhi semua
Coba amalkan sehabis tangga

Alhamdulillahirabbil Alamin
Dijadikan kami umat muttakin
Umat yang saleh tulus dan yakin
Semoga menjadi aulia solihin

Ya Allah Azzawajalla
Masukkan kami ke dalam syurga
Terjauh dari api neraka
Terhindar dari segala bencana

Syair ini dituturkan oleh kaum perempuan dengan irama yang cukup khas, syair disampaikan menjelang uraian Israk oleh penceramah. Mbacu sa’e (membaca syair), mereka yakini sebagai media untuk mengetahui secara jelas kisah perjalanan Nabi Muhammad, SAW pada saat menjemput shalat lima waktu. Sastra lisan ini dapat ditemukan di Desa Sebukar dan beberapa desa yang ada di Kecamatan Sitinjau Laut Kerinci.
Berbeda hal dengan Syair Mikraj, betale dilakukan pada saat musim haji. Setiap malam menjelang keberangkatan jamaah, petale senantiasa mengunjungi rumah calon jamaah atau di rumah warga yang sengaja mengundang calon jamaah dan petale untuk menuturkan isi yang ada di dalam setiap bait tale yang mereka miliki. Betale memiliki berbagai bentuk, misalnya tale pengantar dan tale pelepasan. Kebiasaan yang diwarisi secara turun-temurun ini tidak hanya untuk orang tua saja, akan tetapi pada saat sekarang ini telah banyak diikuti generasi muda Kerinci.
Berikut ungkapan yang digunakan saat betale :

Ilok nia puggei ke luhak
Dame dapek puntuoh tubeuh
Ilok nia puggei ku mekah
Amal dapek duseu tubueh

Lah pueh dudeuk mungince
Munukak-munukak ugei
Lah pueh dudeuk bupike
Ku mukah ugeu maku sna atai

Sungguh jeuh pgeiku gua
Jalan rusak banyak berlumpur
Kayo di lupeh dengan doa
Supayo dapek haji yang mabrur

Sejak pagei mumakan manggauh
Uhang Hiang mumasang bendera
Terupat terpuji meminta maaf
Tumakah tuminang mintak direla

Apa guno pasang pelito
Kalau tidak dimakan apai
Apa guno nahu harto
Harto idiek jadi kantai

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung, salam...

    Kategori

    Tentang ATL

    Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Jambi merupakan wadah sekumpulan orang-orang yang prihatin terhadap tradisi yang semakin lama semakin berkurang para penuturnya. Sekarang kami bermarkas di Kantor Bahasa Provinsi Jambi. Silakan kontak kami di email atl_jambi@yahoo.com

    Pengelola

    Pemerhati