Minggu, 26 Agustus 2012

0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Tambo Sakti Alam Kerinci (Versi I)

Tambo merupakan kisah yang meriwayatkan tentang asal usul dan kejadian masa lalu yang terjadi. Tambo bukanlah catatan sejarah yang harus dibuktikan dengan fakta-fakta yang akurat dan secara metode ilmiah, tahun kejadian serta siapakah yang melakukan penemuan. Namun bila dikaitkan dengan suatu bukti keberadaan, maka sebagian bukti itu ada dan nyata. Tambo tidak memerlukan sistematika tertentu dalam penulisan, sebagaimana halnya sejarah. 

Cara mengisahkannya disesuaikan dengan keperluan dan keadaan setempat. Substansi yang terkandung didalam Tambo boleh jadi Benar Seluruhnya, Benar Sebagian, atau bahkan Tidak Benar Sama Sekali. Karena Tambo bukanlah Tulisan Karya Ilmiah, hal ini dapat dimaklumi. Namun Tambo dapat berfungsi sebagai Kearifan Lokal yang mempunyai nilai historis, budaya, norma, adat istiadat dan bahkan seni. Kebenaran atau Tidak dari isi substansi sebuah Tambo, tergantung kita yang menyikapinya, dan dari sisi perspektif mana kita melihat dan menilai.


Tambo Alam Kerinci penulis sadur dari beberapa sumber dan referensi, Tutur Sebuah Tambo Tidak Menjamin/ Pasti Data dan Fakta yang ditulis adalah Akurat semuanya, karena belum semua fakta dan data dibuktikan secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Namun bagaimanapun juga TAMBO tetap menjadi warisan budaya Lokal yang mempunyai nilai historis yang tinggi nilainya ditengah masyarakat yang memegang teguh Adat istiadat.



Tutur Tambo Alam Kerinci penulis dapatkan dari saduran berbagai sumber, kadangkala dalam satu buah tambo terdapat lebih dari satu versi, yang masing-masing versi tambo berbeda satu sama lain, menurut penulis itu merupakan pengaruh dari sisi pengarang tambonya. 


Tambo Alam Kerinci
(Versi 1)
Menurut TAMBO, seorang tokoh yang bernama Iskandar Zulkarnain (Sultan Syamsun Sekendak) mempunyai istri yang bernama Zailun, menegakkan gedung di atas Bukit Qaf dan mempunyai 3 orang anak, yang merupakan asal dari Rajo Nan Tigo Silo, yaitu :
  1. Maharajo Alif (Sultan Muhammad Alif), memerintah di negeri RUM (Romawi).
  2. Maharajo Dipang (Sultan Muhammad Dipang/ Depan/ Jipang) memerintah di negeri China/Jepang.
  3. Maharajo Dirajo (Sultan Muhammad Bungsu) memerintah di Minangkabau / Pagaruyung.

Tersebutlah bahwa Sultan Maha Raja Bungsu (Maharajo Dirajo) mempunyai 8 (delapan) orang anak :
  1. Sultan Sri Maharaja, menunggu negeri Tiku-Pariaman. Melompat ke Natal lalu ke Sajak, itu sebabnya Raja Natal mendapat besar ialah dari Raja Tiku-Pariaman.
  2. Sultan Maharaja Besar Bergombang Putih, menunggu negeri Sungai Tarok. Melompat ke Bandar Sepuluh Pusat Jalo Kembang Lakitan, itu sebabnya Raja Bandar Sepuluh mendapat besar ialah dari Raja Sungai Tarok.
  3. Sultan Sri Pangkat, menunggu negeri Aceh. Melompat ke Tapak Han Batu Baru / patah alon ombilin batubaro, itu sebabnya Raja Tapak Han Batu Baru mendapat besar ialah dari Raja Negeri Aceh.
  4. Sri Kali, menunggu negeri Indragiri. Melompat ke Kuantan lalu ke Pangkalan / Pagar Alam, itu sebabnya raja Kuantan mendapat besar ialah dari Raja Indragiri.
  5. Makyin Batu, menunggu negeri Banten Betawi. Melompat ke Jawa Gersik, itu sebabnya Raja Jawa Gersik mendapat besar ialah dari Raja Banten Betawi.
  6. Sultan Muhammad Syah, menunggu negeri Indrapura. Melompat ke Muko-muko Teluk Air Hitam, ambil sakila Air Bangis, lapeh ke Lubuk Tumaouo, lapeh kasulak durian runtuh, lamo 60, lalu ke Lubuk Pisau-pisau di bawah kayu meradang merinai daun, lalu masuk ke Luak Enam Puluh, itu sebabnya Raja Muko-Muko mendapat besar ialah dari Raja Indrapura.
  7. Sultan Indah Rahim, menunggu negeri Palembang. Melompat ke Bugis / Lapeh Kabigih lalu ke Musi lalu ke Ugam Kelam Mata lalu ke Serintik Hujan Panas, itu sebabnya Raja Bugis mendapat besar dari Raja Palembang.
  8. Sultan Bagindo Tuah / Bagindo Tuo, menunggu negeri Jambi. Melompat ke Batang Hari muko di mudik Teluk Air Dingin, di kanan Rangas Bajalu di kiri Tanjung Simalindu, lepas ke Serampeh-Sungai Tenang lalu ke Kerinci Rendah Kerinci Tinggi, itu sebabnya Raja Batanghari mendapat besar ialah dari Raja Jambi.
Tersebutlah seorang yang bernama Indarjati beristrikan Indi Jelatah melahirkan 2 orang anak, yaitu :
1. Perpatih nan Sebatang Tinggal di Pariangan Padang Panjang.
2. Indarbayo ikut ke luhak Alam Kerinci.
Indarjati dan anaknya Indarbayo merantau ke Alam Kerinci sedangkan Perpatih nan Sebatang tidak ikut serta. Kemudian di persiapkan alat untuk berangkat, yaitu : payung nan sekaki, tombak nan sebuah, keris nan sebilah, dan kambing nan seekor.
Dalam perjalanan menuju Luhak Alam Kerinci, medan tempuh sangat sulit, setelah bermunajat kepada TUHAN, Allah menurunkan petunjuk dengan menerbangkan daun sintuh dengan berlabuh di Gunung Jelatang (Hiang Tinggi) sekarang.
Tahun berlalu musim berganti, Indarjati dan istrinya mendapatkan keturunan 3 orang lagi, yaitu :
  1. Indar Tunggal atau Indar Bersusu Tunggal, inilah yang biasa disebut “ Nenek Bersusu Tunggal " di Gunung Jelatang Pariangan Tinggi.
  2. Indar nan Beterawang Lidah tinggal di Gunung Jelatang Pariangan Tinggi.
  3. Indi Maryam merantau ke Negeri Sembilan Malaysia.
Indar Bersusu Tunggal menikah dengan dengan Samiah. Dari pernikahan ini ia memperoleh anak:
1. Puti Dayang Indah tinggal di gunung Jelatang Pariangan Tinggi, Koto Jelatang Hiang Tinggi.
2. Puti Dayang Ramayah tinggal di Kemantan.
3. Puti (putri) Dayang Rawani di Talang Jeddah Jambi.
Kemudian Puti Dayang Indah melahirkan 5 orang anak,yang sampai saat ini disebut dengan NENEK LIMO HIANG TINGGI-HIANG KARYA, yaitu :
1. Dari Indah
2. Dari Setu
3. Indi Cincin
4. Mipin
5. Mas jamain

Puti Dayang Ramayah melahirkan anak satu orang , yaitu : Si Bungo Alam.
Puti dayang Rawani menikah dengan seorang laki-laki asal Jawa Mataram yaitu Diwan Abdul Rahman, melahirkan keturunan bertempat tinggal di jambi, yaitu :
1. Karban
2. Kartan
3. Kalipan
Lalu Puti dayang Rawani dan suaminya pergi ke Jawa Mataram dan melahirkan 3 orang anak yaitu :
1. Nahkudo Belang
2. Nahkudo Kumbang
3. Gajah Mada
(Tertulis di aur Kuning berbahasa Jawa Kuno yang masih disimpan di rumah gedang nenek limo Hiang Tinggi- Hiang Karya)
Dari Indah melahirkan pula :
1.          Incik Permato Mendiami Koto Pandan Sungai Penuh.
2.          Intan Permato Mendiami Pulau Sangkar.
3.          Lilo Permato Mendiami Muara Kerinci Sandaran Agung (Sanggaran Agung).
Dari Setu melahirkan keturunan tiga orang, Yaitu :
1.      Pajinak mendiami latih Koto Limau Sering.
2.      Ungguk Mendiami Koto Beringin Rawang.
3.      Mangku Agung Mendiami Tebat Tinggi/ Sungai Tutung.
Indi Cincin melahirkan keturunan :
1.      Si Jaburiyah (Ambai)
2.      Si Jaburino (Betung Kuning)
Mipin melahirkan satu orang yaitu Siti Padan (Koto Baru Hiang)
Mas Jamain beruami dengan Sutan Maalim Hidayah asal Pagaruyung melahirkan keturunan :
1.      Serujan Angin (Temiai)
2.      Tiang Bungkuk (Hulubalang Temiai)
Dituturkan pula bahwa Indarjati yang gaib tiada kembali dalam persemediannya. 
Indar Bersusu Tunggal bergelar Depati Batu Hampar. Setelah melihat kehilir kemudik air laut belah surut, maka dipecahlah dan dibagilah pembagian wilayah untuk menunggu negeri, yang dibagi masing-masing :
  • Incik Permato menunggu Latih Koto Pandan, Pondok Tinggi
  • Pajinak menunggu Koto Limau Sering Sungai Penuh
  • Ungguk menunggu Latih Koto Beringin Rawang
  • Mangku Agung menunggu Tebat tinggi, Sungai Tutung
  • Si Bungo Alam Menunggu Talang Banio Kemantan
  • Puti Dayang Ramayah menunggu Kemantan Darat
Dari pembagian inilah yang disebut Latih Yang Enam Luhak Alam Kerinci. Sementara itu di sebelah hilir, Serujan Angin menunggu Temiai yang mewarisinya Depati Muaro Langkap. Lilo Permato menunggu Pulau Sangkar yang mewarisinya Depati Rencong Telang. Intan Permato menunggu Sanggaran Agung dan Pengasi yang mewarisinya Depati Biang Sari.
Kemudian Indar bersusu Tunggal diangkat pula Sultan Maalim Hidayah menjadi Depati Atur Bumi. Ini disebut Depati 4 Alam Kerinci, yaitu :
  • Depati Atur Bumi di Hiang/Depati Batu Hampar
  • Depati Biang sari di Pengasi
  • Depati Rencong Telang Di pulau sangkar
  • Depati Muaro Langkap di Temiai
Ini disebut 4 diateh (Kerinci Tinggi) ,kemudian didirikan pula Kerinci Rendah (3 di baruh),yaitu:
1. Karban mewarisi Depati Setio Rajo di Nalo Tantan, Bangko
2. Kartan mewarisi Depati Setio Nyato di Perentak - Sungai Manau
3. Kalipan mewarisi Depati Setio Betui di Limbur Tanah Tumbuh
Si Bungo Alam melahirkan tiga orang anak, yaitu :
1. Cik Kerah (Kemantan)
2. Cik Kudo (Kemantan)
3. Si Jago-jago Hulubalang Rajo Siulak
Datang pula dari Jambi Bandaro Putih sebutan Pangeran Temenggung dengan membawa kain kehormatan di berikan kepada Depati Muaro Langkap di Temiai, Depati Rencong Telang di Pulau Sangkar, Depati Biang Sari di Pengasi dan Depati Atur Bumi di Hiang.
Oleh Depati Atur Bumi di bagi pula kain kebesaran olehnya dengan delapan bahagian, yaitu :
1.      Rawang Mudik : Depati Cayo Negeri
2.      Rawang Hilir : Depati Mudo Manggalo Batarawang Lidah
3.      Tanah Kampung : Depati Kepalo Ino
4.      Semurup/Siulak : Depati Kepalo Sembah
5.      Koto Tuo/Sekungkung : Depati Kuning/ Depati Tujuh
6.      Penawar : Depati Penawar/Depati Mudo Terawang Lidah
7.      Seleman : Depati Tarah Bumi/Depati Serah Bumi Sirahmato
8.      Hiang : Depati Atur Bayo
INI DISEBUT NEGERI DELAPAN HELAI KAIN yang berpusat di Hiang, dan Hamparan Rawang sebagai Tempat Pertemuan/ Tempat Berunding (Mendapo Rawang). Di dalam Pepatah Adat, dikenal dengan istilah :
Tiga Dihilir, Empat dengan Tanah Rawang
Tiga DiMudik, Empat dengan Tanah Rawang
Sungai Penuh mendapatkan kain nunggal satu helai dengan gelar : PUGAWE RAJO PUGAWE JENANG. Sungai Penuh dikenal juga dengan sebutan : SULUH BINDANG (suluh terang) ALAM KERINCI/ Suluh Bidang Depati IV Delapan Helai Kain, karena menjadi pusat dakwah ISLAM ketika itu, salah seorang Kiyai/pendakwah yang dikenal adalah : SIAK LENGIS.

Daerah Sungai Penuh, Pondok Tinggi, Dusun Baru dipegang oleh : Depati Nan Bertujuh Permenti Nan Sepuluh Pemangku Nan Berdua, Ngabi Teh Santio Bawo.

Adapun Pusako Pugawe Rajo Pugawe Jenang ialah Tombak Belang Berjanggut Jinggi.
Adapun Pusako Depati Delapan Helai Kain adalah Tanduk Kijang Berjipang Tujuh. Pusako-pusako tersebut terletak di Sanggaran Agung. Kenapa diletakkan di Sanggaran Agung ?.. sebab disitulah TANAH BADIPAN, GEDUNG YANG SATU, BALAI BERGUNJUNG DUA.
Ada beberapa peninggalan pusaka, diantaranya keris SAMAPI yang kini dinyatakan hilang, sedang tombak dan gading gajah masih tersimpan.
Semua Pusako ini tersimpan di rumah pusako Depati Atur Bumi yang hanya di turunkan secara sakral bila ada kenduri sko. Empat diatas (Kerinci Tinggi) meliputi daerah kerinci yang pemerintahannya diselenggarakan oleh 4 Depati (Depati 4 Alam Kerinci), yaitu :
  • Depati Muaro Langkap di Temiai (apo sebab bergelar Muara Langkap, karena beliau yang Melengkap Kato Rajo - Kato Jenang)
  • Depati Rencong Telang di Pulau Sangkar (apo sebab bergelar Rencong Telang, karena beliau yang Menelan Kato Rajo - Kato Jenang)
  • Depati Biang Sari di Pengasi (apo sebab bergelar Biang Sari, karena beliau yang Menyeri Kato Rajo - Kato Jenang)
  • Depati Depati Batu Hampar/ Depati Atur Bumi di Hiang, Wilayahnya Meliputi Tanah Sebelah Barat Laut Dan Tenggara Danau Kerinci Sampai Gunung Kerinci (apo sebab bergelar Batu Hampar, karena beliau yang Menyapo Kato Rajo - Kato Jenang)
Tiga di baruh (Kerinci Rendah) yaitu :
Depati Setio Rajo di Nalo Tantan, Bangko
Depati Setio Nyato di Perentak, Sungai Manau
Depati Setio Betui di Tanah Tumbuh


    Kategori

    Tentang ATL

    Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Jambi merupakan wadah sekumpulan orang-orang yang prihatin terhadap tradisi yang semakin lama semakin berkurang para penuturnya. Sekarang kami bermarkas di Kantor Bahasa Provinsi Jambi. Silakan kontak kami di email atl_jambi@yahoo.com

    Pengelola

    Pemerhati