Sabtu, 02 Juni 2012

0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Rekor Dunia Bermain Angklung Pecah di Kapal Pesiar

Rekor dunia bermain angklung di atas kapal pesiar berhasil dipecahkan oleh penumpang kapal pesiar Voyager of the Seas yang tengah berlayar di Selat Malaka, Jumat (1/6/2012).

Sebanyak 460 penumpang bermain angklung di auditorium dalam kapal pesiar bernama La Scala.
Rekor tersebut dipecahkan oleh penumpang yang berasal dari dealer produk komputer Acer yang diajak PT Pazia Pillar Mercycom dalam pesiar selama lima hari. Mereka tidak pernah bermain angklung sebelumnya.

Bertindak sebagai konduktor adalah Mugi Pangestu, seorang dosen angklung di Jaya Suprana School of Performing Arts. Jaya Suprana sendiri hadir dalam pemecahan rekor tersebut.
"Pencapaian ini memperkaya 6.000 rekor yang sudah dicatatkan sebelumnya oleh Museum Rekor Indonesia," kata Jaya.

Selain rekor bermain angklung, PT Pazia juga mendapatkan rekor sebagai penyelenggara acara itu. Penghargaan tersebut diberikan oleh Jaya kepada Presiden Direktur PT Pazia Pillar Mercycom Yulisiane Sulistiyawati.


0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Sejarah Batik Jambi

Dahulu, produksi dan perdagangan batik Jambi secara terbatas terdapat pada masa kesultanan. Batik Jambi merupakan hasil kerajinan yang tidak dapat dimiliki oleh sembarang orang, ia dikomsumsi hanya oleh masyarakat yang mempunyai tingkat kehidupan sosial tinggi, misalnya kerabat kerajaan atau kaum bangsawan. Dengan berakhirnya pemerintahan Kesultanan Jambi, produksi batik Jambi menurun secara drastis. Kalaupun ada pengrajin batik, itu pun dikerjakan oleh beberapa pengrajin yang sudah tua.
Pada masa penjajahan Belanda, berita tentang batik Jambi marak kembali dengan munculnya berbagai artikel yang ditulis oleh para penulis belanda , salah satunya adalah B.M. Goslings. Dalam artikelnya, Goslings menyatakan bahwa atas persetujuan Prof. Vam Eerde dia meminta Residen Jambi H.E.K. Ezermann untuk meneliti batik Jambi. Sekitar oktober 1928 datang tanggapan dari Ezermann, bahwa di Dusun tengah pada waktu itu memang sesungguhnya ada pengrajin seni batik dan menghasilkan karya yang indah. (B.M. Goslings, 1928, 141)
Berdasarkan itu pula sudah terlihat bahwa semenjak jaman Kesultanan Jambi, jaman penjajahan Belanda, Jepang bahkan sampai perang kemerdekaan, terdapat kerajinan batik di daerah Jambi akan tetapi belum berproduksi secara massal.
Sejak pembangunan Orde Baru, pembinaan dan pengembangan batik Jambi telah dilakukan kembali secara insentif dan massal, jika pada era 1980an yang dominan adalah warna-warna Jambi asli, pada era 90an yang digunakan adalah warna-warna pekalongan dan cirebon yang lebih cerah. Kini, batik Jambi kembali ke warna aslinya.
Batik tulis Jambi memiliki ciri khas yang unik dan eksotis. Baik dari segi warna maupun motifnya. Sebagian besar pewarna batik jambi diambil dari bahan-bahan alami, yaitu campuran dari aneka ragam kayu dan tumbuh-tumbuhan yang ada di Jambi, seperti getah kayu lambato dan buah kayu bulian, daun pandan, kayu tinggi dan kayu sepang. Selain itu, ada juga campuran dari dua jenis bahan yang tidak terdapat di Jambi seperti biji pohon tinggi dan daun nila, yang biasanya didatangkan langsung dari Yogyakarta.
Selain bahan pewarnanya, batik tulis Jambi kaya dengna aneka motif dengan warna cerah sebagai simbol keceriaan dan keriangan masyarakat Jambi. Tercatat lebih dari 31 motif batik tulis jambi yang masih dapat dijumpai, seperti candi Muaro Jambi, Kaca Piring, Puncung Rebung, Angso Duo Bersayap Mahkota, Bulan Sabit, Pauh ( mangga ), Antlas ( Tanaman ), Awan Berarak, dan Riang-Riang.

    Kategori

    Tentang ATL

    Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Jambi merupakan wadah sekumpulan orang-orang yang prihatin terhadap tradisi yang semakin lama semakin berkurang para penuturnya. Sekarang kami bermarkas di Kantor Bahasa Provinsi Jambi. Silakan kontak kami di email atl_jambi@yahoo.com

    Pengelola

    Pemerhati